pertemuan yang sekali itu,
membibitkan ruang-ruang rasa.
rasa yang tak pernah dialami sebelum ini, atau mungkin jarang dirasai... yang akhirnya dirasakan juga terkemudian.
kita bertemu, kita berpisah.
alangkah singkatnya masa itu namun waktu yang singkat itu umpama bertahun rasanya.
kita ketawa, menangis bersama... umpama dah kenal lama.
melahirkan satu rasa hangat dan penerimaan,
dari seorang teman atau sahabat...yang jarang sekali dirasai.
ada satu ketika itu kita membicarakan hal2 yang besar2 dan dewasa; sesaat kemudian kita berkeanak-anakan pula. alangkah naifnya kita pada waktu itu. jujur. tiada prejudis. apa yang dirasa, kamulah sahabat baik seluruh dunia.
biar lewat pertemuan itu aku meninggalkan satu parut kenangan buatmu.
kau tidak marah.
mungkin memendam rasa atau terlahirnya kecewa.
aku benar2 minta maaf.
namun senyuman ikhlasmu itu menunjukkan yang kau tidak apa2.
kita berpisah...dan berhubung kembali.
biar dalam talian tak bergambar, kita tetap mesra.
kemudian beralih kepada bit2 kecil hitam putih, kita masih sama.
sehinggalah satu saat benar2 memisahkan kita - tak bertemu lagi.
langsung.
proses kedewasaan membuatkan kita lupa antara satu sama lain.
macam kau tak pernah ku kennal - begitu juga sebaliknya.
mungkin cebisan2 memori indah itu ada, tapi kita lupa.
tersimpan dalam ruang sanubari paling dalam atau luput dimamah usia.
tapi apa yang pasti - ia ada.
mencari - mencari ku temu kembali.
pasti semuanya tentulah sudah tidak sama.
apa bisa bertahun masih kekal seperti yang sesingkat pertemuan itu?
kau sudah jauh berubah - begitu juga aku.
kau bukan lagi gadis ceria peneman semua pria pemanis bicara.
kau sudah jadi muslimah sejati.
dengan madah2 sunnah mu.
aku jadi terkedu.
terkebelakang kerana tak dapat menandingimu.
biar aku tahu kau masih memandang seperti dulu -
dengan senyuman hangat sesuci pekertimu - Rabiatul Adawiyah Sulaiman.
seindah namamu, kau masih diingatanku, sahabat seminit cuma...
membibitkan ruang-ruang rasa.
rasa yang tak pernah dialami sebelum ini, atau mungkin jarang dirasai... yang akhirnya dirasakan juga terkemudian.
kita bertemu, kita berpisah.
alangkah singkatnya masa itu namun waktu yang singkat itu umpama bertahun rasanya.
kita ketawa, menangis bersama... umpama dah kenal lama.
melahirkan satu rasa hangat dan penerimaan,
dari seorang teman atau sahabat...yang jarang sekali dirasai.
ada satu ketika itu kita membicarakan hal2 yang besar2 dan dewasa; sesaat kemudian kita berkeanak-anakan pula. alangkah naifnya kita pada waktu itu. jujur. tiada prejudis. apa yang dirasa, kamulah sahabat baik seluruh dunia.
biar lewat pertemuan itu aku meninggalkan satu parut kenangan buatmu.
kau tidak marah.
mungkin memendam rasa atau terlahirnya kecewa.
aku benar2 minta maaf.
namun senyuman ikhlasmu itu menunjukkan yang kau tidak apa2.
kita berpisah...dan berhubung kembali.
biar dalam talian tak bergambar, kita tetap mesra.
kemudian beralih kepada bit2 kecil hitam putih, kita masih sama.
sehinggalah satu saat benar2 memisahkan kita - tak bertemu lagi.
langsung.
proses kedewasaan membuatkan kita lupa antara satu sama lain.
macam kau tak pernah ku kennal - begitu juga sebaliknya.
mungkin cebisan2 memori indah itu ada, tapi kita lupa.
tersimpan dalam ruang sanubari paling dalam atau luput dimamah usia.
tapi apa yang pasti - ia ada.
mencari - mencari ku temu kembali.
pasti semuanya tentulah sudah tidak sama.
apa bisa bertahun masih kekal seperti yang sesingkat pertemuan itu?
kau sudah jauh berubah - begitu juga aku.
kau bukan lagi gadis ceria peneman semua pria pemanis bicara.
kau sudah jadi muslimah sejati.
dengan madah2 sunnah mu.
aku jadi terkedu.
terkebelakang kerana tak dapat menandingimu.
biar aku tahu kau masih memandang seperti dulu -
dengan senyuman hangat sesuci pekertimu - Rabiatul Adawiyah Sulaiman.
seindah namamu, kau masih diingatanku, sahabat seminit cuma...
No comments:
Post a Comment